Sabtu, 26 Agustus 2017

Merantaulah ! Keberanian Merantau dapat membangun Kepercayaan diri dan Kemandirian

Tags

Merantaulah ! Keberanian Merantau dapat membangun Kepercayaan diri dan Kemandirian

Pernah terpikir tidak kenapa dimana-mana di Indonesia atau di belahan dunia manapun ada etnis Tionghoa ( Baca : China). Dan dominannya mereka itu pengusaha atau pedagang. Dalam islam sering mendengar petuah islam yang menyeru umatnya untuk menuntut ilmu walaupun ke negeri china. Apa mungkin karena kita (mayoritas) tidak mau menuntut ilmu kes ana sehingga mereka (china) pula yang menuntut ilmu ke tempat kita. Dan kebanyakan mereka hidup negeri orang sukses semua, menjadi pedagang yang sukses, menguasai pasar, menjadi pengusaha yang kaya raya.
Jawabannya adalah karena mereka mau merantau dan meninggalkan kampung halamannya. Bahkan mereka mau merubah nama suku mereka. Tidak sedikit dari mereka yang rela merubah nama aslinya dengan nama yang familiar dengan daerah masing-masing yang mereka tempati. Ya walaupun mungkin nama aslinya tetap tidak dibuang tapi hanya diketahui oleh sesama teman mereka saja.
Orang Minangkabau juga salah satu daerah yang terkenal dengan penduduknya yang suka merantau. Maka tidak heran kemanapun kamu pergi pasti ada yang namanya nasi padang. Bahkan orang bule pun kadang ia lupa dengan Indonesia yang di ingatnya hanya nasi padang. #haha
Kalau di Aceh ada orang Pidie yang terkenal dengan jiwa dagangnya. Mereka juga salah satu penduduk yang mayoritasnya merantau. Dimanapun kamu pergi Indonesia ini juga tidak jarang kamu jumpai yang namanya Mie Aceh dan ketika kamu tanya dari mana asal penjual mie tersebut dominannya mereka berasal dari Aceh Pidie. Jiwa dagang mereka sangat kuat. Maka tidak heran kesuksesan sangat besar bagi mereka yang mau merantau.
Maka jelaslah sudah, bahwa merantau itu dapat menumbuhkan kepercayaan diri yang kuat dan melahirkan jiwa kemandirian. Memangnya kamu sampai kapan selalu berada dalam lingkaran keluarga? Yang setiap hari masih bergantungan sama orang tua? Minta uang, makan sudah siap saji, baju sudah dicuci.
Hello ! Apakah kehidupan seperti itu yang akan kamu jalani sepanjang hayatmu? Banyak orang bilang bahwa niikmat paling besar itu adalah ketika kita menikmati sesuatu dengan hasil jerih payah sendiri. Kita memilki apa saja yang kita inginkan dengan hasil keringat sendiri alias tidak meminta kepada orang lain ataupun orangtua.
 Lihatlah air yang mengalir. Ia akan selalu terlihat jernih dari pada air yang tergenang. Pun begitu dengan hidupmu.
Dalam islam, Imam Syafii mewasiatkan kepada umatnya untuk merantau. Untuk hijrah mencari nilai kemuliaan. Ia mengibaratkan itu semua seperti air yang mengalir yang selalu terlihat jernih dari pada air yang tergenang, yang terlihat kotor. Otak kita akan buntu dan tidak berkembang ibarat katak dalam tempurung kalau kita tidak berani untuk berhijrah. Pola pikir kita sangat tidak relevan dengan perkembangan zaman kalau kita tidak mau merantau. Orang lain sudah naik ke bulan, kita masih saja mengendarai sepeda.
Ada banyak sekali kelebihan yang di dapatkan bagi mereka yang mau merantau. Jiwa muda adalah masa yang sangat proporsional untuk mempersiapkan masa depan yang gemilang. Makanya anak muda dituntut untuk berani mengasingkan diri dari kenikmatan hasil keringat orang tuanya. Jangan jadi pemuda yang mahirnya hanya meminta-minta saja. 
Boleh di survey, berapa banyak orang yang sukses dengan yang gagal untuk orang yang serius merantau. Pastinya banyak yang sukses. Karena di perantauan jiwa mandiri kita terbentuk. Mental kita menjadi kuat. Tidak ada orang yang bisa dengan mudah untuk meminta tolong kalau tidak dengan bekerja keras. Bahkan untuk sakit pun kita harus mikir seribu kali. Kecuali sakitnya begitu parah.
Pembentukan karakter sesorang sangat cepat ketika ia mulai berani merantau. Ia akan merasakan bagaimana sebenarnya hidup itu. Ia mulai belajar bagaimana menghemat sesuatu yang ia dapatkan. Ia mulai belajar bagaimana cara menabung. Ia mulai paham bagaimana nasib orang yang kekurangan. Ia akan segera sadar bahwa mencari uang itu tidak mudah. Ia akan tahu arti sebenarnya dari kesungguhan dan bekerja keras.
Perantau rata-rata enggan berhutang budi. Justru karena ia orang baru, seorang perantau cenderung menanam jasa untuk banyak orang. Investasi soasial ini akan ada saatnya berbuah kebaikan. Siapa sangka, banyak orang yang menyukai kepribadian kita, berangsur-angsur menjadi pendukung setia langkah kita menggapai kesuksesan.
Makanya biasanya para orang tua sering berpesan kepada anaknya, baik-baiklah di kampung orang. Itu merupakan kunci utama dalam menjalani kehidupan di negeri orang. Citra baik kita juga tidak jarang membawa kita kepada kebaikan. Misalnya, masyarakat mengenal kita baik, tak disangka ada orang kampung setempat yang datang menawarkan kita sebuah pekerjaan dan dengan mudahnya mereka memberimu keprcayaan yag lebih. Karena kesuksesan seseorang juga tidak jauh dari buah silaturahmi yang baik antar sesama.
Jadi, cobalah merantau, buang sifat manjamu. Temukan jati dirimu yang tangguh, kraetif dan cerdik menangkap peluang. Karena merantau adalah ajang uji diri siapa kamu sebenarnya. Pecundang atau pejantan tangguh?
Sudah siap merantau?

1 komentar so far

nasib saya benar benar sial, merantau ke bdg jadi bulan bulanan kejahatan org dan penolakan cewek..pdhl saya baik, jujur, dan suka menolong org. mungkin krna saya cupu dan loyo. terpaksa pulang kampung. di kampung saya nganggur dan jomblo berthn thn.. shg saya marah, tiba tiba bnyk bencana di indonesia.. krna alloh membela org bodoh dan lemah spt saya.


EmoticonEmoticon